Anomali.id – Sobat Anomalist, Kok bisa sih, jualan Mie Rp.10.000 tapi omsetnya triliunan? Menurut gua, ini fenomena Mie Gacoan yang unik banget ya. Beberapa fakta-fakta yang menarik Mie Gacoan, cuma ini salah satu bisnis yang menurut gua susah gua risetnya karena enggak terlalu banyak public data untuk ngebedah bisnis model sama financial Mie Gacoan. Dan hebatnya lagi, malah kalau kalian cari-cari tentang Mie Gacoan, kok bisa yang ramai tuh kontroversinya?
Kalian ingat dulu pernah ada kasus belatung yang sempat viral juga? Habis itu kasus satu ojol ngantri di satu cabang sampai dikerumunin sama karyawan yang Mie Gacoan sampai besoknya gantian ojolnya rame-rame datang ke cabang itu sampai ada cabang yang terpaksa tutup karena msin exhaust berisik.
Kenapa mereka butuh waktu selama itu untuk dapat sertifikasi halal? Kalau yang paling gampang dicari sebenarnya kontroversinya dari secara online. Dan ada satu hal yang gua temuin, ternyata mereka nomor satu mie pedas di Indonesia, tapi bukan yang pertama. Sebenarnya yang menurut gua bisa dibilang lumayan mirip banget sama kompetitornya. Ini cuma kita bahas kesuksesannya mereka dulu ya.
Dari beberapa artikel, Mie Gacoan itu bilang cabang-cabangnya Performing tu bisa sampai Rp 100 juta per hari. Kalau dikali 30 itu Rp 3 miliar, kalau dikali 100 cabang itu Rp 300 miliar, kalau dikali 12 bulan itu Rp 3,6 triliun. Tapi itu hitungan goblok banget sih, karena enggak mungkin semua cabang segitu semua. Tapi walaupun dimasukin margin of error, misalnya percabang 50 juta, plus tadi gua pakai 100 cabang, padahal data terakhir di November 2023 ada 130 cabang, tetap jatuh-jatuhannya menurut gua ini bisnis mie yang omsetnya bisa triliunan. Jadi, rahasianya tu apa? Kenapa Mie Gacoan bisa sesukses itu?
Pelopor Bukan Pengekor
Gua pernah lihat di komen ini, “Bisnis jiplak terus gua penasaran jiplak siapa Mie Gacoan?” Udah lama loh, dari 2016 sudah 8 tahun. Tapi ternyata ada satu bisnis mie pedas yang dibuka tahun 2010, namanya Mi Kober. Bahkan kalau kalian datang ke website-nya, #pelopor bukan pengekor. Ini kelihatannya agak nyindir beberapa brandnya dan foundernya Aris Ardiansa Panggil dan Gamimy Ramadhan itu buka Mi Kober di tahun 2010, 6 tahun sebelum Mi Gacoan itu lahir.
Cabang pertamanya di Malang, Jalan Bromo. Dia dapat ide bikin FNB mie karena ikut kelompok bermain. Makanya pas ikut Community ini, dia bikin bisnisnya juga, Kober kelompok bermain. Dan mie pedas itu asal-usulnya dia ngemodifikasi menu mie Khas Malang. Dan kalian bakal kaget menunya yang dijual sama Mi Kober itu namanya mie iblis, mie Angel, mie Setan. Ini penamaannya persis sama Mi Gacoan sebelum mereka harus ubah gara-gara isu sertifikasi halal. Kalau secara price point mereka juga jual sekitar Rp.9.500 sampai Rp.10.500. Menunya selain dari mie pedas ada dimsum, siomai, sushi, ceker, lumpia, dan mereka enggak mati sampai sekarang. Di Juli 2023 udah ada 30 cabang di Jawa Bali, termasuk sama rumah produksi sama warehouse.
Kembali di tahun 2016, tiba-tiba muncul kompetitor mereka Mi Gacoan. Gacho itu bahasa Jawanya jagoan. Anak perusahaannya PT Pestapora Abadi. Yang kalau kalian banyak Google, pendirinya ada tiga. Tapi semua orang salah ngira yang punya tuh si Haris Kristanto. Ini asal Solo dia, Hrd-nya Mie Gacoan sampai di Instagram dia ada tulisan bionya bukan yang punya Mi Gacoan
Kalau enggak salah itu deh. Nah, CEO dan foundernya yang sebenarnya yaitu Anton Kurniawan. Tapi tetap Pak Haris ini juga punya andil ngebangun brand Mie Gacoan ini. Awalnya bertiga, gua enggak tahu yang ketiga itu siapa. Kalau diperhatiin, mereka tuh jajaknya kayak Mi Kober. Mulai bisnisnya di Malang, itu kantornya ya officenya, tapi cabang pertamanya di Kediri.
Tapi pas mulai, mereka tuh sebenarnya bukan Mie Gacoan. Ini udah lewat proses rebranding dan beberapa kali. Awalnya mereka jual mie Nelongso itu produknya, tapi tempat makannya itu namanya Warung Gacoan. Dan waktu itu fokusnya di varian menu mie berkuah. Zaman-zaman 2016 itu Mi Gacoan kari dan ada juga Mi Gacoan Tom yang waktu itu harganya masih Rp.7.000 sampai Rp.8.000. Sampai sekarang akhirnya mereka punya 132 cabang, rebranding namanya jadi Mie Gacoan, karyawan lebih dari 3.000 orang, dan visinya pengen jadi restoran nomor satu di Indonesia, fokusnya di mana ya, harga yang ramah dikantong.
Pertanyaannya gini, ada Mi Kober yang udah dari 2010, dari nama, menunya, side dish-nya, harganya, sama-sama murah. Kenapa kok kesannya seorang lebih kena Mi Gacoan dibanding Mi Kober? Emang ngjual semurah itu bisnisnya tuh untung apa? Jangan-jangan omsetnya doang triliunan tapi secara profit mereka tipis banget.
Nah, itu pertanyaan-pertanyaan yang menarik ya. Sebelum ngebahas analisanya, kita masuk ke Bagian 2 yaitu
Mi Gacoan nomor satu di Indonesia.
Sebenarnya pantas enggak mereka dibilang jadi Mi Pedas nomor satu di Indonesia? Pantas atau enggak, menurut gua relatif. Tapi kalau dinilai dari berapa banyak cabang, data terakhir mereka punya 132 cabang. Dan kalau kalian datang ke websitenya, mereka udah klaim bahwa mereka market leader, especially di bagian Jatim, Jateng, dan Bali. Tapi pas mereka bilang nomor satu, itu menurut gua salah satu cara untuk nge-brainwash kalian.
Sebenarnya enggak perlu jadi pelopor, enggak perlu jadi yang pertama, tapi yang penting selalu dipersepsi sebagai jadi yang nomor satu secara pilihan konsumen. Dan mereka terus ngepush nomor satu ini. Bahkan di website pribadinya, mereka selalu bilang nomor satu di sini dan tetap bakal berusaha jadi nomor satu secara nasional. Dan brandingnya itu unik ya. Setiap konsumennya juga pas datang ngelebel Mie Gacoan itu tidak ada hari sepi di outlet Mie Gacoan. Parkirannya selalu penuh, ojolnya selalu antrean panjang.
Menurut gua, nama matter sih. Dan cara mereka berulang-ulang bilang mereka nomor satu, menurut gua pintar. Yang kedua, cross sell/ cross up sell system. Karena mereka tetap pengen majuin banget USP mereka, murah atau ramah dikantong. Daripada bikin menu yang langsung paket, misalnya Rp.30.000, atau misalnya yang udah lengkap sama ikannya, harganya Rp.20.000, mereka bisa break down menunya sampai semuanya harusnya di bawah Rp.10.000.
Yang bikin orang nancep lagi, gila murah banget makan di sini. Cuma balik lagi, sebenarnya itu lumayan beresiko. Karena kalau kadang jual satuan kayak gitu itu enggak menguntungkan bisnisnya. Jujur kalau lu datang beli satu mie doang, duduk sampai sejam itu merugikan bisnisnya. Enggak nutup biaya-biayanya. Dan menurut gua, strategi-strategi kayak gini, core produknya itu mie, itu cuannya enggak terlalu tebal. Tapi pertanyaannya, siapa sih yang datang buat beli mie doang?
Karena udah persepsi murah, kalian pernah enggak ada yang sampai kejebak, “Ya udah ini murah, gua tambah ini, tambah ini, tambah ini?” Nah, sebenarnya side dish, minuman itu, yang sebenarnya marginnya bisa lebih bagus. Dan jarang orang datang cuma buat beli mie doang. Atau berdasarkan dari report-reportnya, mereka dapat profit margin 40 sampai 50%. Itu kalau bahasa bodohnya, misalnya kalian beli makanan harganya Rp.10.000, modalnya itu cuma Rp.5.000, itu dari bahannya dan masak-masaknya.
Dan ada disclaimer banyak yang rumor-ruman ini, gua enggak tahu kepastiannya. Kayak gua lihat di komen-komen netizen, bilang karyawannya digaji dibawah rata-rata, dibawah UMR. Disclaimer, jika sobat Anomalist tau, tuliskan dikomen !
Bahkan belum lagi soal perihal antrian gojek yang selalu rame. Kalau ada komplain-komplain dari sana. Tapi so far, menurut gua mereka handle it well. Bahkan kayak kalau sampai ojek-ojek itu ramai, dikasih somai gratis dari Mie Gacoan itu di beberapa kasus.
Lanjut cabangnya makin banyak sampai 1000, sampai ekspansi mancanegara. Again, sebenarnya ini pertanyaan-pertanyaan yang baru kelihatan nanti. Apakah tetap bisa konsisten? Apakah tetap bisa enggak blunder dari segi operasional? Tapi so far, apa yang mereka offer sekarang,
Baca juga : Israel Siap Balas Serangan Drone dan Rudal Iran
Menurut gua lumayan produk market fit di Indonesia. Ini udah besar dan luas, dan mereka ternyata berhasil tap in market itu enggak gampang loh sebenarnya. Karena semakin besar semakin banyak saingannya. Cuma kita liat aja ya, karena kalau boleh jujur, lumayan menarik kan hooknya jualan mie 10.000 tapi omsetnya bisa sampai triliunan.
Kalau ekspansi terus, ya mungkin di atas 10 triliun, di atas 20 triliun, will never know. Tapi itu sih menurut gua pelajaran dari Mie Gacoan. Enggak perlu jadi yang pertama untuk ngelakuin hal-hal ini, asalkan eksekusi ya bagus. Menurut kalian gimana?
Tinggalkan Balasan