Garut, anomali.id – Kenaikan harga cabai merah keriting telah menjadi sorotan utama di Garut, Jawa Barat, dengan sejumlah Pedagang kuliner pedas merasa tertekan. Pemilik warung Seblak prasmanan, Ujang Cahyana, di Wanaraja, Garut, mengungkapkan upayanya untuk tetap menjaga kualitas pedas dari menu yang disajikan, meskipun harga cabai merah keriting melonjak secara signifikan.
Meskipun aktivitas memasak bumbu pedas di warungnya tampak biasa, namun Ujang merasakan tekanan yang cukup berat akibat kenaikan harga cabai. Untuk mengatasi hal ini, ia mulai mensiasati pola belanja cabai dengan mengurangi frekuensi pembelian, dari setiap hari menjadi hanya 3 hari sekali, dan mengurangi jumlah beli dari 25 kg menjadi 5 atau 10 kg saja.
Kenaikan harga cabai merah keriting sangat dirasakan dampaknya, mengingat cabai tersebut merupakan bumbu utama pada menu seblak yang disajikan di warungnya. Meskipun demikian, Ujang tetap mempertahankan takaran dan kualitas pedas untuk memuaskan pelanggannya, meskipun hal ini memberikan tekanan pada keuntungan yang dihasilkan.
Tidak hanya Ujang, pemilik warung sambal pecal di Cianjur juga mengalami kondisi serupa. Meskipun harga cabai merah keriting dan jenis cabai lainnya naik drastis, namun mereka tetap berusaha untuk tidak menaikkan harga menu atau mengurangi kualitas pedas dari masakan yang disajikan.
Kenaikan harga cabai ini juga berimbas pada keberlangsungan usaha para pengusaha kuliner, terutama karena kenaikan harga bahan pokok lainnya juga terjadi secara bersamaan. Dalam kondisi sulit ini, para pedagang kuliner Garut dan sekitarnya terus berjuang untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan usaha mereka, sambil berharap agar harga cabai segera kembali stabil.