Anomali.id – Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Surakarta, Jawa Tengah, telah lama menjadi simbol moderasi beragama dan budaya toleran. Di balik keberhasilan tersebut, terdapat sosok yang kini menjadi perbincangan, yakni Direktur Masjid Zayed Surakarta, Munajat. Cerita menarik ini mungkin belum banyak diketahui publik, terutama terkait peran Munajat dalam menjalin hubungan persahabatan antar bangsa melalui pembangunan masjid tersebut.
Pada tahun 2019, Presiden Uni Emirat Arab, Muhammad bin Zayid Al Nahyan atau MbZ, melakukan kunjungan ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Saat itu, Munajat menjabat sebagai tenaga ahli di Kedeputian 5 bidang politik, hukum, pertahanan, keamanan, dan HAM di Kantor Staf Presiden. Setelah kunjungan tersebut, Munajat mendapat pesan dari Pak LBP (Luhut Binsar Panjaitan) untuk mengurus keperluan yang berkaitan dengan hadiah yang akan diberikan oleh MbZ kepada Presiden Jokowi.
Dari sinilah, Munajat dan timnya mulai bekerja keras untuk merealisasikan pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed di Surakarta. Mereka mencari lokasi yang sesuai, mengurus perizinan, dan menjalin kerja sama dengan pihak Uni Emirat Arab. Setelah 3 tahun berjuang, pada Februari 2023, Masjid Raya Syekh Zayad diresmikan dan dibuka untuk umum. Masjid ini menjadi replika dari Masjid Agung Syekh Zayad di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Pembangunan masjid ini bukan hanya sekedar proyek fisik, tetapi juga merupakan simbol persahabatan antar bangsa dan moderasi beragama. Presiden Jokowi menyambut baik pembangunan masjid ini dan menyatakan harapannya agar masjid tersebut dapat menjadi tempat ibadah dan perdamaian bagi semua orang.
Masyarakat Indonesia pun menyambut hangat pembukaan Masjid Raya Sheikh Zayed. Mereka melihat masjid ini sebagai bukti nyata dari kerja sama antar bangsa yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga diharapkan menjadi pusat pertemuan budaya dan sarana untuk meningkatkan komunikasi lintas budaya.
Visi dan misi Masjid Raya Sheikh Zayed tidak hanya sebatas menjadi tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat mempertemukan berbagai budaya. Hal ini menggambarkan semangat untuk memperkuat komunikasi lintas budaya dan meningkatkan pemahaman antarumat beragama. Inilah yang membuat Masjid Raya Sheikh Zayed di Surakarta menjadi lebih dari sekadar bangunan fisik, tetapi juga simbol persahabatan dan moderasi beragama yang patut diperjuangkan oleh semua pihak.
Masjid Raya Sheikh Zayed yang megah berdiri di Surakarta telah menjadi pusat perhatian, terutama setelah Surakarta mencatatkan diri sebagai kota urutan ke-10 pada Indeks Kota Toleran 2023, dengan skor 5,8. Meskipun masih jauh dari peringkat pertama yang ditempati oleh Singkawang dengan skor 6,5, namun hal ini menunjukkan bahwa indeks toleransi di Surakarta masih memiliki ruang untuk peningkatan.
Munajat berharap kehadiran dan kegiatan yang digelar di Masjid Raya Sheikh Zayed dapat menjadi solusi bagi meningkatkan toleransi umat setempat. Mereka tidak hanya menawarkan anti intoleransi, anti kekerasan, dan anti ekstremisme, tetapi juga mencoba menyebarkan nilai-nilai lain dalam Islam, yang dianggap sebagai sumber kemajuan dan inspirasi.
Tak hanya berfokus di Surakarta, Munajat juga aktif di kota Salatiga, sekitar 58 km barat laut dari Surakarta. Di sana, selain menjadi pengasuh Panti Asuhan yatim piatu Darul Hadlanah NU, Munajat juga menjadi dosen di Universitas Islam Negeri Salatiga. Darul Hadlanah NU saat ini menampung sebanyak 50 anak yatim piatu, yang tidak hanya diberikan tempat tinggal, tetapi juga pendidikan yang layak.
Sebagai seorang dosen, Munajat merasakan kebahagiaan tersendiri ketika berinteraksi dengan mahasiswa. Bagi Munajat, masa muda adalah masa di mana seseorang memiliki energi dan semangat untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, serta masa di mana seseorang membutuhkan arahan dan bimbingan yang tepat untuk mengarahkan potensi yang dimiliki.
Meskipun terkadang merasa lelah dan lemah, Munajat selalu menemukan pemantik semangat untuk bangkit dan tidak menyerah. Pengalaman hidup dan didikan dari para Kiai telah mengajarkannya untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi segala rintangan dan tantangan yang dihadapi.
Baca juga: Alfeandra Dewangga Perkuat Timnas U 23 Hadapi Guinea
Tantangan yang dihadapi Masjid Raya Syekh Zayad juga semakin besar seiring dengan meningkatnya perhatian masyarakat. Namun, hal ini tidak membuat semangat mereka kendur. Mereka tetap teguh dalam menjalankan misi mereka sebagai pusat toleransi dan kemanusiaan, serta terus berusaha untuk menjadi contoh bagi masyarakat dalam membangun harmoni dan kerukunan antar umat beragama.
Dengan semangat yang terus membara, Masjid Raya Syekh Zayad diharapkan dapat terus menjadi sumber inspirasi dan tempat yang mampu menginspirasi orang-orang untuk berbuat baik dan menyebarkan nilai-nilai toleransi, moderasi, dan kemanusiaan di sekitarnya. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.
One thought on “Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Surakarta: Simbol Moderasi Beragama dan Persahabatan Antar Bangsa”