Anomali.id – Di tengah gemuruh perayaan Hari Raya Nyepi, suasana sepi yang meliputi Kampung Jelono, Desa Kemuning, Karang Anyar, Jawa Tengah, menciptakan simfoni kedamaian dan toleransi antar umat beragama. Meskipun tampak sepi dengan jalan yang lengang dan rumah yang terkunci rapat, di balik itu tersimpan cerita kehangatan dan solidaritas yang membanggakan.
Sebagian besar warga kampung sedang menjalankan Tapa Brata di Pura Jonggo Santiloka, sebuah tradisi yang dijunjung tinggi dalam kepercayaan Hindu. Namun, yang membuat kisah ini semakin istimewa adalah partisipasi aktif dari warga non-Hindu. Meskipun mereka memiliki keyakinan agama yang berbeda, mereka secara sukarela bergandengan tangan untuk menjaga keamanan kampung, memastikan saudara-saudara mereka dari kalangan Hindu dapat menjalankan ibadah dengan khusyuk.
Tak hanya itu, warga non-Hindu, termasuk dari agama Kristen dan Islam, bersatu untuk melakukan pengecekan di setiap rumah warga Hindu yang kosong guna memastikan keamanannya. Tindakan ini tidak hanya menunjukkan solidaritas antarumat beragama, tetapi juga merupakan bukti nyata tentang semangat gotong royong yang masih kental di kampung tersebut.
Dengan jumlah penduduk sekitar 200 orang, Kampung Jelono, yang terletak sekitar 8 km dari puncak Gunung Lawu, menjadi saksi bisu dari kehangatan dan toleransi yang terjalin di tengah perbedaan. Warga memelihara tradisi lama ini sebagai bentuk penghormatan yang dijunjung tinggi oleh seluruh komunitas.
Baca juga : Ben White Gemilang bawa Arsenal di Puncak Klasemen
Mari kita berharap, semangat toleransi dan kebersamaan seperti ini dapat terus terjaga dan menjadi inspirasi bagi komunitas lain di seluruh Indonesia. Suatu kebanggaan bagi negeri ini memiliki kisah-kisah seperti Kampung Jelono yang menginspirasi.
One thought on “Kampung Jelono, Simfoni Toleransi dan Kehangatan Saat Hari Raya Nyepi”