Gelombang Panas Ekstrem: Indonesia dan Negara-Negara Asia Tenggara dalam Ancaman Serius

27 April 2024 00:38 WIB
Gelombang panas

Anomali.id – Cuaca panas ekstrem tengah melanda wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara, memicu peringatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap kondisi cuaca yang mengkhawatirkan. Indonesia juga tercakup dalam daftar negara yang berpotensi menghadapi bahaya serius akibat gelombang panas ini.

Panas yang mencapai suhu ekstrem menjadi sorotan utama, dengan Filipina dilaporkan mengalami suhu mencapai 47 derajat Celsius. Situasi serupa juga terjadi di Thailand, di mana suhu mencapai 40,1 derajat Celsius, serta Vietnam dan Malaysia yang merasakan dampak yang sama.

Baca juga: Harga Bitcoin (BTC) Menghadapi Zona Bahaya Pasca-Halving

Dalam konteks Indonesia, peringatan dari PBB memberi catatan penting terkait dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang terus meningkat. Laporan dari badan meteorologi dunia dan “State of the Climate in Asia 2023” mengungkapkan analisis terhadap bencana-bencana yang terjadi pada tahun tersebut.

Perubahan iklim menjadi fokus utama, dengan indikator seperti pencairan gletser dan kenaikan permukaan air laut menunjukkan percepatan yang mengkhawatirkan. Dampaknya tidak hanya terasa pada tingkat ekonomi, tetapi juga mempengaruhi masyarakat dan ekosistem di seluruh kawasan Asia.

Kondisi ini memicu kekhawatiran akan potensi ancaman bagi Indonesia, mengingat kerentanan negara ini terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Langkah-langkah pencegahan dan mitigasi menjadi semakin penting untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh perubahan iklim global.

Kawasan Asia Diwarnai Cuaca Ekstrem: Tren Pemanasan Global dan Dampaknya

Kawasan Asia telah menjadi pusat perhatian dunia akibat masalah lingkungan alam yang semakin memburuk, terutama terkait dengan cuaca dan iklim. Benua ini mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global, dengan tren meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961 hingga 1990.

Banyak negara di Asia mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, dengan berbagai kondisi ekstrem mulai dari kekeringan, gelombang panas, banjir, hingga badai. Perubahan iklim telah meningkatkan frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa cuaca ekstrem ini, yang berdampak besar pada masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.

Menurut Sekretaris Jenderal World Meteorological Organization (WMO), Celeste Saulo, pada tahun 2023 terdapat total 79 bencana terkait dengan bahaya hidrometeorologi yang dilaporkan di Asia. Lebih dari 80% dari jumlah tersebut terkait dengan peristiwa banjir dan badai, dengan lebih dari 2.000 korban jiwa dan 9 juta orang terkena dampak langsung.

Panas ekstrem juga menjadi ancaman yang nyata. Meskipun risiko kesehatan meningkat, beruntungnya, tidak ada kematian yang dilaporkan di Asia. Namun demikian, kenaikan permukaan laut menjadi perhatian serius. Data dari “State of the Climate in Asia 2023” menunjukkan indikasi kenaikan air laut, termasuk di wilayah Indonesia, yang mengindikasikan peringatan.

Kajian proyeksi dari USAID pada tahun 2016 menyebutkan bahwa kenaikan air laut dapat menyebabkan tenggelamnya 2.000 pulau kecil pada tahun 2050, yang berarti 42 juta penduduk berisiko kehilangan tempat tinggalnya.

Dampak cuaca ekstrem juga sudah terasa di beberapa wilayah Asia dan Asia Tenggara. Salah satunya adalah Filipina, di mana panas ekstrem membuat sekolah terpaksa ditutup. Temperatur cuaca di provinsi Cavite di selatan Manila bahkan mencapai 47 derajat Celsius, membuat warga sulit bernapas dan mengakibatkan sejumlah fasilitas wisata sepi pengunjung.

Bencana Cuaca Ekstrem di Asia: Filipina Tutup Ribuan Sekolah, Thailand Dilanda Panas Melarat

Sehari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa Asia menjadi wilayah yang paling terdampak bencana akibat iklim dan cuaca pada tahun 2023, kawasan ini kembali dilanda tantangan serius. Bulan Maret hingga Mei diperkirakan akan menjadi bulan terpanas dan terkering di wilayah tersebut, yang diperparah oleh fenomena El Nino.

Departemen Pendidikan Filipina yang mengawasi lebih dari 47.600 sekolah melaporkan bahwa hampir 6.700 sekolah harus menutup pada Rabu kemarin karena cuaca yang tidak bersahabat. Menurut World Meteorological Organization (WMO) di bawah naungan PBB, tahun lalu mencatat suhu dunia mencapai rekor tertinggi, dan kenaikan suhu di Asia terbilang cepat, menyebabkan udara panas semakin parah.

Kobaren, Deputi Sekjen WMO, menyebut panas ekstrem sebagai “silent killer”. Di Thailand, misalnya, panas yang melanda menyebabkan kematian. Pemerintah setempat melaporkan bahwa setidaknya 30 orang meninggal karena sengatan panas tahun ini. Suhu di ibu kota Thailand, Bangkok, bahkan mencapai 40,1 derajat Celsius pada hari Rabu kemarin.

Menurut Kementerian Kesehatan Thailand, jumlah kematian akibat panas mencapai 30 orang dalam periode 1 Januari hingga 17 April 2024. Ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya di mana sebanyak 37 orang meninggal akibat cuaca panas ekstrem sepanjang tahun 2023.

Pihak berwenang di Thailand telah mengeluarkan himbauan kepada lansia dan mereka dengan kondisi medis, termasuk obesitas, untuk tetap berada di dalam rumah dan minum air secara teratur. Bulan April memang dikenal sebagai bulan terpanas di Thailand dan Asia Tenggara, namun, kondisi tahun ini diperburuk oleh pola cuaca El Nino yang mempengaruhi seluruh dunia.

Suhu Panas Ekstrem Melanda India, Bangladesh, Malaysia, dan Vietnam: Tindakan Antisipatif Diperlukan

Negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara tengah menghadapi tantangan serius akibat gelombang panas ekstrem yang melanda wilayah tersebut. India, sebagai salah satu negara yang terkena dampak, telah menerima peringatan dari Departemen Meteorologi India (IMD) mengenai gelombang panas yang akan melanda setidaknya empat negara bagian yang akan menggelar pemilihan umum pada tahap kedua.

Komisi Pemilihan Umum India (Election Commission of India) telah mengambil langkah-langkah khusus untuk memastikan bahwa suhu panas tidak mempengaruhi partisipasi pemilih. Mereka telah meminta seluruh kepala petugas pemilihan umum regional untuk melengkapi pusat-pusat pemungutan suara dengan air minum yang cukup, tenda-tenda untuk memberikan keteduhan di ruang tunggu, serta peralatan darurat lainnya untuk mempercepat waktu di pusat-pusat pemungutan suara.

Sementara itu, Bangladesh juga merasakan dampak yang serupa, dengan pemerintah terpaksa menutup seluruh sekolah karena udara panas yang ekstrem. Biro Cuaca Bangladesh melaporkan bahwa suhu maksimum di Daka naik 4 hingga 5 derajat Celsius dibandingkan dengan rata-rata temperatur 30 tahun terakhir.

Di Malaysia, kabar sedih datang dari seorang balita yang meninggal akibat cuaca panas ekstrem. Di Vietnam, suhu panas yang tidak normal juga telah menyebabkan kekeringan parah di wilayah selatan, memaksa pemerintah untuk mengumumkan keadaan darurat di sekitar Vietnam.

Baca juga : Manchester United Menang 4-2 Atas Sheffield UnitedBola & Sport

Rekor gelombang panas pada tahun 2023 telah menyebabkan pemadaman listrik parah di beberapa kota di Vietnam. Ahli meteorologi di negara ini menyebut musim kemarau yang luar biasa ini sebagai fenomena El Nino.

Dalam menghadapi ancaman ini, kita berharap agar Indonesia tidak mengalami dampak yang serupa dengan negara-negara tetangga. Namun, antisipasi dan persiapan yang matang dari pemerintah menjadi kunci dalam menghadapi potensi dampak cuaca panas ekstrem ini. Dengan kerjasama semua pihak, diharapkan kita dapat mengurangi risiko dan melindungi masyarakat dari bahaya suhu panas yang tidak terduga. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.

2 thoughts on “Gelombang Panas Ekstrem: Indonesia dan Negara-Negara Asia Tenggara dalam Ancaman Serius

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4232508926941629218

Latest News

12848135643216883582
5003596313931723273