Ciamis, anomali.id – Menjelang bulan suci Ramadan, warga di desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, kembali bersama dalam tradisi yang khas dan sarat makna, yakni tradisi Nyepuh. Tradisi ini tidak hanya sekadar ritual, namun juga menjadi simbol kebersamaan, kepedulian terhadap lingkungan, dan pelestarian budaya leluhur.
Tradisi Nyepuh, yang telah menjadi bagian turun temurun dari zaman dahulu, dimulai dengan proses nyimpaian, yaitu mengumpulkan ratusan batang lidih yang kemudian diikat menjadi satu sebagai simbol perekat silaturahmi. Setelah itu, warga berkumpul untuk berziarah ke makam keramat, salah satunya adalah makam Kiai Haji Pangghulu Gusti, sosok yang dianggap perjasa dalam penyebaran Islam di tanah Sunda.
Rangkaian Nyepuh tidak hanya berhenti pada upacara keagamaan, tetapi juga mencakup kegiatan pelestarian alam. Warga bersama-sama menanam pohon sebagai upaya untuk menjaga alam dan mencegah kerusakan hutan. Setelah semua prosesi selesai, tradisi ini ditutup dengan makan bersama, menghadirkan aneka sajian khas Nyepuh seperti tumpeng, nasi kuning, yang melambangkan persaudaraan, keimanan, dan kebaikan.
Dalam wawancara dengan salah seorang warga, disampaikan bahwa tradisi Nyepuh tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi momen untuk berkumpul, bersilaturahmi, dan menjaga kebersamaan. Pemerintah setempat pun mendukung pelestarian tradisi ini sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal dan menarik minat wisatawan untuk datang ke Ciamis.



Tinggalkan Balasan