Negara – Negara Arab Pro Palestina? Atau Pro Israel?

18 April 2024 18:36 WIB
Pemimpin iran

Anomali.id – Serangan yang mengejutkan dan menakutkan baru saja terjadi: Iran telah resmi menyatakan perang terhadap Israel. Tindakan ini diimplementasikan dengan mengirimkan ratusan drone, rudal balistik, dan peluru kendali langsung ke wilayah Israel. Ini merupakan serangan langsung dari Republik Islam Iran ke Israel, dan sebenarnya hal ini telah diprediksi sebelumnya.

Sebelum serangan dilakukan, ada beberapa kejanggalan yang terjadi. Beberapa hari sebelumnya, informasi tentang serangan tersebut sudah bocor ke masyarakat Israel. Bahkan, satu hari sebelum serangan, pada hari Sabtu(13/04), rudal-rudal tersebut mendarat di kota-kota Israel pukul 00.00. Sebagai respons, sekolah-sekolah di Israel sudah diliburkan dan pengumuman dikeluarkan kepada masyarakat untuk tetap tinggal di rumah karena ancaman serangan dari Iran.

Baca juga: Menembus Tirai Logika

Kejadian ini menimbulkan banyak pertanyaan, termasuk mengapa Iran melakukan serangan ini dan apa respons Israel terhadap serangan tersebut. Tidak sedikit keanehan yang terjadi sebelum dan sesudah serangan dilakukan. Ketika diselidiki lebih dalam, diketahui bahwa Iran mengirimkan kombinasi drone yang terbang dengan lambat dan rudal-rudal balistik dengan kecepatan tinggi. Strategi ini merupakan upaya untuk menguras pertahanan Israel dengan drone-dronenya terlebih dahulu sebelum mengirim rudal-rudal dengan kecepatan tinggi.

Meskipun Iran melakukan serangan besar-besaran dengan ratusan drone dan rudal, lebih dari 90% dari proyektil tersebut berhasil dihancurkan sebelum mencapai wilayah Israel. Ini berkat bantuan dari pasukan Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan negara-negara Arab seperti Jordan yang berhasil menghentikan sebagian besar serangan Iran. Bahkan, beberapa negara Arab seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi juga membocorkan informasi intelijen tentang serangan Iran.

Serangan Iran ini juga mencerminkan konflik internal di negara tersebut antara kelompok konservatif dan moderat. Kelompok konservatif di Iran ingin memperkuat pengaruh negara tersebut di Timur Tengah dengan menunjukkan kekuatan melalui serangan terhadap Israel. Sementara kelompok moderat, yang lebih condong ke arah negosiasi dengan negara Barat, mencoba menyeimbangkan keadaan.

Serangan Iran di Israel: Kejutan Besar dan Penetrasi yang Mencengangkan

Siapa yang mengkhianati informasi rahasia tentang rencana serangan Iran? Anda pasti terkejut ketika mengetahui bahwa pelakunya adalah negara-negara yang mungkin sering Anda kunjungi. Jadi, jika Anda penasaran, jangan lewatkan informasi ini.

Apa yang sedang terjadi di Israel, teman-teman? Semalam, Israel, yang dikenal sebagai wilayah yang sangat aman karena kemampuannya dalam menangkal serangan musuh, terkejut ketika rudal-rudal Iran berhasil menembus pertahanan mereka. Hal ini membuat panik di kalangan warga, meskipun pada akhirnya mereka hanya melihat petasan meledak di langit-langit mereka karena pertahanan mereka yang sangat solid. Mereka bahkan telah mendapatkan bocoran informasi jauh sebelum serangan tersebut dilakukan oleh Iran.

Serangan ini dilakukan pada hari Sabtu, lebih tepatnya pada pukul 00.00 malam. Iran menggunakan kombinasi drone UAV yang terbang dengan lambat, membutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 jam tergantung pada kecepatan angin, untuk mencapai wilayah Israel. Mereka menggunakan strategi belajar dari perang di Ukraina dengan mengirimkan drone-drona murah terlebih dahulu ke wilayah Israel sebelum menyusul dengan rudal balistik dan peluru kendali langsung dari Iran.

Meskipun terbangnya lambat, jarak yang cukup jauh antara Iran dan Israel, ribuan kilometer, serta melewati beberapa negara seperti Irak, Jordan, dan bahkan Arab Saudi, tidak menghalangi Iran untuk melancarkan serangannya. Selama serangan, ledakan-ledakan terdengar di berbagai lokasi di Israel, bahkan hingga ke pangkalan militer seperti bandara udara Neevatim milik Angkatan Udara Israel, yang diduga menjadi target utama Iran karena pesawat jet F3 alima yang digunakan oleh Israel untuk mengebom kedutaan Iran di Syria diluncurkan dari bandara tersebut.

Serangan Iran di Israel: Bandara Neevatim Ditembus Tanpa Korban Jiwa

Banyak yang sudah menduga bahwa bandara akan menjadi sasaran utama serangan Iran, sehingga ketika serangan terjadi, bandara tersebut relatif sepi, tidak ada korban jiwa meskipun beberapa infrastruktur rusak akibat serangan Iran.

Menurut Daniel Hagari, panglima TNI Israel, ada ratusan peluru udara yang ditembakkan dari Iran ke wilayah Israel. Lebih dari 120 rudal balistik, 170 drone, dan lebih dari 30 peluru kendali diluncurkan oleh Iran. Yang mengejutkan, 90% dari serangan tersebut berhasil dihentikan bahkan sebelum mencapai wilayah Israel.

Iran menunjukkan kejeniusan teknologi militernya dengan peluru-peluru canggihnya. Mereka telah mengembangkan rudal-rudal yang mampu menjangkau ribuan kilometer, melebihi kemampuan rudal dari negara-negara seperti Jepang, Korea, dan bahkan Israel. Salah satu keunggulan Iran adalah rudal hypersonic yang mampu terbang lebih cepat dari suara, sulit dideteksi, dan sulit dihentikan.

Selain rudal hypersonic, Iran juga memiliki peluru kendali dan rudal balistik. Perbedaannya, rudal balistik diluncurkan tanpa kemampuan untuk mengendalikan targetnya, sementara peluru kendali mampu terbang rendah untuk sulit dideteksi dan dapat dikendalikan oleh pilotnya sendiri. Ini menunjukkan tingkat kecanggihan teknologi militer Iran yang mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya.

Iran Mengungkap Kekuatan Militer dengan Rudal dan Drone Canggih

Iran tidak hanya memiliki rudal roket, tetapi juga memiliki drone yang sangat canggih, bahkan diekspor ke berbagai konflik seperti perang Rusia-Ukraina. Drone Iran memiliki biaya murah namun mampu menyebabkan dampak yang besar.

Diperkirakan Iran memiliki lebih dari 80.000 rudal dengan variasi yang sangat banyak. Salah satu yang terkenal adalah rudal Sahab 1 yang memiliki jarak tempuh 300 km, sebuah prestasi luar biasa pada zamannya. Ini membuktikan bahwa Iran mampu meluncurkan proyektil dari permukaan bumi ke udara, dan menjadi dasar pengembangan rudal Sahab 2 dengan jangkauan 500 km, dan kemudian Sahab 3 yang dapat menjangkau lebih dari 1300 km.

Semua ini bermula dari rudal kecil Sahab 1, yang kemudian menginspirasi pengembangan rudal-rudal yang lebih besar dan memiliki jangkauan yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa Iran mampu mengembangkan rudal dan misil baik balistik maupun Cruise yang dapat dikendalikan, dengan jangkauan yang mencapai ribuan kilometer.

Meskipun Iran memiliki teknologi militer yang canggih, serangan mereka ke Israel sebagian besar gagal. Lebih dari 90% dari peluru rudal dan drone yang diluncurkan berhasil dihancurkan oleh pertahanan Israel, hanya beberapa yang berhasil mencapai dan membombardir wilayah Israel. Hal ini menunjukkan tingkat keberhasilan pertahanan Israel dalam menghadapi ancaman dari Iran.

Taktik Iran Dalam Serangan ke Israel: Drone vs. Rudal

Serangan Iran ke Israel dengan mengirimkan ratusan drone dan rudal balistik menjadi sorotan dunia. Namun, banyak yang bertanya-tanya, mengapa pertahanan Israel begitu efektif dalam menghadapi ancaman tersebut?

Iran mengirimkan drone-dronenya terlebih dahulu, dengan kecepatan yang lebih lambat, untuk sengaja menghabiskan peluru pertahanan Israel. Setelah pertahanan Israel mulai kehabisan peluru, mereka baru mengirimkan rudal dan misil-misil dengan kecepatan yang lebih tinggi. Penjadwalan serangan pada pukul 20.00 dan 01.00 pagi bertujuan agar proyektil meledak di wilayah sekitar, seperti Irak, Suriah, dan Yordania, sebelum mencapai Israel.

Meskipun Iran mengirimkan 170 drone dan 120 rudal balistik, lebih dari 90% dari proyektil tersebut berhasil dihancurkan sebelum mencapai Israel. Ini berkat kerja sama pertahanan Israel dengan pasukan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Mereka berhasil menghentikan sebagian besar proyektil Iran sebelum mencapai wilayah Israel, sehingga mengurangi dampak serangan tersebut.

Dengan demikian, keberhasilan pertahanan Israel dalam menghadapi serangan Iran menunjukkan efektivitas Iron Dome dan kerja sama dengan sekutu internasional dalam menjaga keamanan negaranya. Meskipun Iran memiliki jumlah proyektil yang lebih banyak, strategi dan kerja sama antar negara mampu menetralkan ancaman tersebut.

Dinamika Kompleks Perang Iran-Israel: Dukungan dari Negara Arab

Serangan Iran ke Israel melalui pengiriman ratusan drone dan rudal balistik mengungkap kompleksitas dinamika di Timur Tengah. Namun, apa yang membuat serangan ini tidak berhasil?

Selain upaya pertahanan Israel yang efektif, negara-negara Arab juga berperan penting dalam menghalangi serangan tersebut. Jordan, misalnya, berhasil menembak jatuh sejumlah rudal yang diarahkan ke wilayah Israel saat melintasi udara Jordan. Tindakan ini menunjukkan komitmen negara Arab dalam melindungi Israel dari ancaman luar.

Alasan di balik serangan Iran adalah pemboman kedutaan besar Iran di Suriah oleh pesawat jet milik Israel. Kedutaan besar dianggap sebagai wilayah kedaulatan negara yang bersangkutan dalam hukum internasional. Serangan tersebut menjadi pemicu serangan balasan Iran terhadap Israel.

Meskipun Israel sering kali dianggap sebagai penindas Palestina, dukungan dari negara-negara Arab dalam menghadapi ancaman Iran menunjukkan solidaritas yang mendalam. Meskipun rakyat Jordan mungkin menjadi korban saat menembak jatuh rudal yang tidak ditujukan untuk mereka, tindakan tersebut menggambarkan kesediaan Jordan untuk mengorbankan demi melindungi Israel.

Dengan demikian, perang Iran-Israel tidak hanya mencerminkan konflik antara kedua negara tersebut, tetapi juga melibatkan dinamika kompleks dan solidaritas antara negara-negara Arab dalam menjaga stabilitas di kawasan tersebut.

Kejutan di Balik Serangan Iran-Israel: Pengkhianatan dan Solidaritas Tersembunyi

Serangan Iran ke Israel baru-baru ini mengungkapkan dinamika kompleks di Timur Tengah, termasuk pengkhianatan dan solidaritas yang tersembunyi.

Sebelumnya, Jordania menjadi sorotan karena menembak jatuh sejumlah rudal yang ditujukan ke Israel saat melintasi udaranya. Namun, ternyata bukan hanya Jordan, negara-negara Arab lainnya juga turut serta dalam menghentikan serangan tersebut. Mereka mengirimkan tentara, peralatan tempur, dan angkatan udara mereka sendiri untuk melindungi Israel. Hal ini menggugah pertanyaan tentang kesetiaan negara-negara Arab terhadap Palestina, mengingat retorika mereka yang sering kali pro-Palestina di depan umum.

Alasan di balik serangan Iran adalah pemboman kedutaan besar Iran di Suriah oleh pesawat jet milik Israel. Namun, serangan ini juga menjadi kesempatan bagi Iran untuk menguji seberapa jauh keterlibatan negara-negara Arab dalam konflik tersebut. Tindakan Iran mengirim drone dan rudal yang kecepatannya lebih lambat merupakan strategi untuk menguji solidaritas negara-negara Arab.

Pengkhianatan dan solidaritas terungkap dalam respons terhadap serangan tersebut. Amerika Serikat, Inggris, Prancis, serta negara-negara Arab seperti Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab memberikan dukungan kepada Israel dalam menghentikan serangan Iran. Hal ini menunjukkan bahwa kepentingan nasional dan politik regional memainkan peran penting dalam dinamika konflik di Timur Tengah.

Dari sudut pandang Indonesia, peristiwa ini menjadi pelajaran untuk tidak mudah terpengaruh oleh agenda asing. Kita perlu kritis terhadap informasi yang diterima dan mempertanyakan motif di baliknya. Solidaritas sejati terhadap Palestina juga menjadi sorotan, dengan Iran menjadi satu-satunya negara yang secara konsisten membela Palestina di tengah dinamika politik regional yang rumit.

Dengan demikian, serangan Iran-Israel tidak hanya tentang konflik dua negara, tetapi juga tentang kompleksitas politik regional dan peran negara-negara besar dalam membentuk dinamika tersebut.

Perjanjian ini menandai pergeseran besar dalam dinamika politik di Timur Tengah, dengan negara-negara Arab yang sebelumnya keras dalam retorika anti-Israel menjadi lebih terbuka terhadap kerja sama dengan negara tersebut.

Pertanyaan muncul mengenai motif di balik kesetiaan negara-negara Arab kepada Israel dan Amerika Serikat. Banyak yang berspekulasi bahwa dukungan ini didorong oleh kepentingan politik dan ekonomi, serta perlindungan dari ancaman Iran yang semakin memanas.

Pembocoran informasi rahasia antara negara-negara Arab dengan Israel dan Amerika Serikat juga menunjukkan adanya kolaborasi yang lebih dalam di antara mereka. Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas keamanan dan privasi di Timur Tengah, serta meningkatkan ketidakpastian dalam politik regional.

Baca juga : Eksplorasi Ekspansi Apple di Indonesia

Perjanjian Abraham, pernyataan bersama antara Israel, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, yang dicapai pada 13 Agustus 2020, ya menjadi bukti bahwa perubahan signifikan sedang terjadi di Timur Tengah, dengan negara-negara Arab semakin terbuka terhadap hubungan dengan Israel. Meskipun masih ada ketegangan dan konflik di wilayah tersebut, langkah-langkah menuju kerja sama dan perdamaian juga terlihat.

Serangan Iran ke Israel tidak hanya memperlihatkan ketegangan antara dua negara, tetapi juga mengungkapkan dinamika politik yang lebih luas di Timur Tengah. Peran negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Israel, serta kepentingan politik dan ekonomi regional, semakin memperumit situasi di wilayah tersebut. Bagaimana menurutmu Negara – Negara Arab Pro Palestine? Atau Pro Israel?

Dilansir dari channel YouTube Bennix.

One thought on “Negara – Negara Arab Pro Palestina? Atau Pro Israel?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4232508926941629218

Latest News

12848135643216883582
5003596313931723273