Konflik Rahasia Israel-Iran

26 April 2024 00:38 WIB
Konflik Rahasia Israel-Iran

Anomali.id – Timur Tengah kembali menjadi sorotan dunia karena eskalasi konflik yang tak kunjung mereda. Pada tanggal 1 April 2024, Israel melakukan serangan udara yang menghantam konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Serangan ini menyebabkan kematian beberapa perwira senior militer Iran.

Iran, sebagai tanggapan atas serangan tersebut, mengirim lebih dari 300 rudal dan drone ke Israel. Meskipun tidak ada kerusakan yang signifikan yang dialami Israel akibat serangan tersebut, namun kekhawatiran terhadap potensi balasan Israel tetap menggantung di dunia internasional.

Baca juga: Shin Tae-yong Tetap Setia Melatih Tim Nasional Indonesia Hingga 2027

Serangan udara dramatis Iran terhadap Israel terjadi setelah bertahun-tahun permusuhan antara kedua negara. Hal ini juga merupakan pertama kalinya Iran melancarkan serangan militer langsung ke Israel. Ini menandai perubahan besar dalam hubungan kedua negara, mengingat Iran sebelumnya adalah salah satu dari sedikit negara Islam yang mengakui keberadaan Israel.

Hubungan antara Iran dan Israel telah mengalami perjalanan yang panjang. Pada masa pemerintahan Syah Muhammad Reza Pahavi dari tahun 1925 hingga Revolusi Iran pada tahun 1979, kedua negara memiliki hubungan yang cukup dekat. Namun, segalanya berubah sejak rencana pembentukan Israel muncul.

Iran, bersama dengan India dan Yugoslavia, menentang rencana pembagian Palestina yang diajukan oleh PBB. Mereka tetap mempertahankan wilayah Palestina sebagai satu negara, meskipun dengan pembagian parlemen antara Arab dan Yahudi. Tindakan ini dianggap sebagai upaya Iran untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara barat yang pro-Zionis serta gerakan Zionis sendiri, sambil tetap menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga Muslim.

Meskipun Iran pada akhirnya mulai menerima keberadaan Israel dan mengakui negara itu sebagai entitas berdaulat, konflik antara Israel dan negara-negara Arab di sekitarnya terus berlanjut. Keunggulan Israel atas negara-negara Arab membuat Iran semakin menerima eksistensi Israel.

Pasang Surut hubungan Israel dan Iran

Pada tahun 1950-an, Israel dan Iran dianggap sebagai sekutu yang tidak biasa di tengah-tengah kompleksitas politik Timur Tengah. Israel melihat Iran sebagai sekutu strategis dalam konfrontasi dengan negara-negara Arab di sekitarnya, sementara Iran menyambut baik dukungan Israel yang didukung Amerika Serikat sebagai penyeimbang terhadap kekuatan Arab di kawasan tersebut.

Hubungan kedua negara ini dipenuhi dengan berbagai bentuk kerjasama. Israel memberikan pelatihan dan bantuan teknis dalam bidang pertanian kepada Iran, sementara Iran membayar Israel dengan pasokan minyak yang sangat dibutuhkan oleh perekonomian Israel yang sedang berkembang. Kedekatan ini juga tercermin dalam pertukaran duta besar antara kedua negara pada tahun 1970-an.

Namun, hubungan yang baik ini terganggu pada tahun 1951 ketika Mohammad Mosaddegh menjadi perdana menteri Iran. Mosaddegh memulai gerakan nasionalisasi industri minyak Iran yang sebelumnya dikuasai oleh Inggris, dan sebagai bagian dari kebijakan tersebut, Iran memutuskan hubungan dengan Israel yang dianggapnya sebagai alat kepentingan Barat di wilayah tersebut.

Peristiwa ini berlangsung singkat karena terjadi kudeta yang disokong oleh CIA dan MI6 pada tahun 1953, yang mengembalikan kekuasaan kepada Shah Iran. Shah ini menjadi sekutu dekat Amerika Serikat dan teman utama Israel di wilayah tersebut. Namun, perubahan besar terjadi pada tahun 1979, ketika Shah digulingkan dalam Revolusi Islam Iran yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Khomeini, sebagai pemimpin revolusi, secara terang-terangan menentang Israel dan mengeluarkan fatwa yang melarang hubungan politik dan ekonomi dengan Israel serta mengonsumsi produk-produk Israel. Sejak itu, Iran memutuskan semua hubungan dengan Israel. Perjalanan antarnegara dan rute penerbangan pun dibatalkan, dan kedutaan Israel di Teheran diubah menjadi kedutaan Palestina.

Keputusan ini memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh Iran sebagai dukungan terhadap Palestina. Hubungan yang dulunya erat antara Israel dan Iran berubah menjadi konflik politik yang intens, mencerminkan perubahan dramatis dalam dinamika politik Timur Tengah.

Iran vs. Israel: Konflik Timur Tengah yang Terus Membesar

Setelah Revolusi Islam di Iran di bawah kepemimpinan Ayatollah Ruhollah Khomeini, pendekatan terhadap isu Palestina berubah secara signifikan. Khomeini menekankan pentingnya mengkaji perjuangan Palestina dari sudut pandang Islam, bukan sekadar nasionalisme Arab. Hal ini mengubah dinamika hubungan Iran-Israel menjadi lebih konfrontatif.

Iran secara aktif mendukung jaringan perlawanan di seluruh Timur Tengah, terutama melalui dukungan terhadap Hamas dan Jihad Islam di Palestina, serta Hizbullah di Lebanon. Dengan dukungan Iran, kelompok-kelompok ini telah menjadi lawan utama Israel dalam konflik di kawasan tersebut.

Namun, Israel juga tidak tinggal diam. Mereka mendukung kelompok-kelompok yang menentang pemerintahan Iran, seperti Mujahidin Khalq (MEK) di Iran bagian tenggara dan kelompok bersenjata Kurdi di wilayah Kurdistan Iran.

Ketegangan antara Iran dan Israel tidak hanya terbatas pada dukungan terhadap kelompok-kelompok tersebut. Keduanya juga dituduh melakukan serangan terhadap kepentingan satu sama lain di dalam dan di luar wilayah mereka. Meskipun keduanya membantah terlibat dalam “perang bayangan” ini, ketegangan semakin meningkat seiring dengan kekhawatiran Israel dan Amerika terhadap program nuklir Iran. Israel bersikeras tidak akan membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir, sedangkan Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bertujuan untuk keperluan sipil.

Konflik Rahasia: Israel, Amerika, dan Iran dalam Pertempuran Bayangan

Terdapat konflik yang tak terlihat, melibatkan Israel, Amerika, dan Iran dalam pertempuran rahasia yang berlangsung di balik layar. Salah satu insiden terkenal terjadi pada tahun 2000-an, di mana Israel dan Amerika diduga terlibat dalam serangan malware yang menyebabkan kerusakan parah pada fasilitas nuklir Iran.

Selama bertahun-tahun, Iran menjadi sasaran serangan sabotase terhadap fasilitas nuklir dan militer mereka. Iran mengutuk Israel dan secara teratur mempublikasikan upaya mereka untuk menggagalkan serangan sabotase yang lebih lanjut. Serangan-serangan ini bahkan melibatkan pembunuhan terhadap beberapa ilmuwan nuklir Iran, yang diduga dilakukan oleh agen-agen Israel.

Satu insiden yang mencolok terjadi pada tahun 2020, di mana seorang ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mosin Fahrizadah, tewas ditembak menggunakan senapan mesin yang dipantau oleh satelit dan dikendalikan dari jarak jauh. Israel diduga terlibat dalam serangan ini, yang juga melibatkan penghancuran bukti-bukti dengan ledakan truk pikap.

Baca juga: Suzuki Swift generasi terbaru

Di sisi lain, Israel dan sekutu-sekutunya menuduh Iran sebagai dalang di balik serangkaian serangan terhadap kepentingan Israel. Ini termasuk serangan drone terhadap kapal tanker minyak milik Israel dan serangan siber. Meskipun beberapa negara Arab telah memutuskan untuk menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, Iran tetap skeptis terhadap kemungkinan pemulihan hubungan mereka dengan Israel.

Bagi Iran, pemulihan hubungan dengan Israel saat ini terasa mustahil, terutama karena konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina masih berlangsung dan semakin memanas. Bagi mereka, Israel tetap menjadi musuh utama yang harus dihadapi. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.

2 thoughts on “Konflik Rahasia Israel-Iran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4232508926941629218

Latest News

12848135643216883582
5003596313931723273