Harga Properti Menggila: Pilih Sewa atau Beli?

26 April 2024 09:22 WIB
Harga Properti Menggila Pilih Sewa atau Beli

Anomali.id – Harga properti di Indonesia saat ini membuat banyak orang tercengang. Pasalnya, kenaikan suku bunga yang diumumkan oleh Menteri Keuangan, Bu Sri Mulyani, membuat situasi semakin sulit bagi masyarakat untuk memiliki rumah sendiri. Bahkan, harga properti di beberapa daerah sudah mencapai angka yang menggila.

Misalnya, di tengah promosi lonceng harga, sebuah properti di Linden Nava dipasarkan dengan harga fantastis, mencapai angka 14 hingga 20 miliar rupiah. Penawaran tersebut bahkan menarik perhatian selebriti seperti Raffi Ahmad. Namun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah jenis properti yang ditawarkan. Sebuah rumah dengan luas tanah 40 meter dan luas bangunan 45 meter di BSD, misalnya, sudah dijual dengan harga mencapai 1,2 miliar rupiah. Ini menunjukkan betapa mahalnya properti di Indonesia saat ini.

Baca juga: Perekonomian Jepang

Banyak orang muda di dorong untuk memiliki properti, tetapi menurut pendapat saya, hal tersebut bisa menjadi saran yang menyesatkan. Membeli properti sekarang bisa dianggap over glory, terutama karena banyak agen properti yang mengklaim bahwa membeli properti pasti menguntungkan. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Yang pasti menguntungkan adalah properti dan developernya, bukan kita sebagai pembeli.

Sewa properti bisa menjadi alternatif yang lebih baik daripada memaksakan diri untuk membeli properti. Sebuah analisis menunjukkan bahwa rasio antara biaya sewa dan nilai properti di Indonesia terlalu kecil. Sebagai contoh, biaya sewa sebuah unit 2 kamar tidur di Medison Podomoro City Central Park hanya sekitar 45 juta rupiah per tahun, sementara harga jualnya mencapai 1,15 miliar rupiah. Ini berarti rasio sewa terhadap nilai properti hanya sekitar 4%, yang jauh di bawah rata-rata bunga KPR perbankan nasional.

Dalam konteks bunga KPR yang saat ini mencapai sekitar 8,61%, jika Anda mengambil kredit dengan uang muka 80% dari nilai properti, Anda akan membayar sekitar 109 juta rupiah per tahun selama 15 tahun. Dengan demikian, biaya tahunan untuk cicilan properti jauh lebih tinggi daripada biaya sewa, yang menunjukkan bahwa sewa properti bisa menjadi pilihan yang lebih hemat daripada memaksakan diri untuk membeli.

Harga Properti di Indonesia: Tantangan dan Realitas

Harga properti di Indonesia menjadi perbincangan hangat di tengah kenaikan suku bunga dan kondisi pasar yang tidak menentu. Contohnya, Taman Anggrek merupakan salah satu kompleks perumahan yang sukses, dengan harga beli mencapai 800 juta rupiah, sementara sewanya mencapai 40 juta rupiah, dengan rasio yang relatif rendah, hanya sekitar 4%. Namun, masih ada contoh lain seperti Self Hills apartemen di Segitiga Emas, yang menawarkan satu bedroom dengan harga 2.8 miliar rupiah dan sewa sekitar 16 jutaan per bulan, dengan rasio sewa yang lebih tinggi, sekitar 7%.

Namun, angka 4-7% tersebut tergantung dari perspektif penyewa. Bagi pemilik, kenyataannya tidak sesederhana itu. Setelah dipotong pajak PPH final sebesar 10%, biaya agen properti sebesar 5%, dan tingkat hunian yang tidak selalu 100%, rasio tersebut menjadi jauh lebih rendah. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah kesalahan terletak pada kemurahan sewa atau mahalnya harga properti.

Faktanya, harga sewa properti didasarkan pada kemampuan pembayar. Jika harga sewa naik, berarti penghasilan penyewa juga harus naik. Namun, di Indonesia, bunga yang tinggi menjadi salah satu hambatan. Sementara di Amerika, bunga cicilan rumah hanya sekitar 2,9%, sementara di Indonesia mencapai 8,61%.

Salah satu alasan bunga tinggi di Indonesia adalah net interest margin yang tinggi, yang membuat harga properti sulit dijangkau oleh kebanyakan orang. Transaksi properti di Indonesia juga dipenuhi dengan biaya transaksi yang tinggi, seperti BPHTB sebesar 5%, biaya notaris, biaya KPR, dan biaya agen properti, yang secara total bisa mencapai 15% dari harga properti.

Dalam konteks ini, sewa properti menjadi pilihan yang lebih baik daripada membeli. Dengan biaya transaksi yang lebih rendah dan likuiditas yang lebih tinggi, sewa properti dapat menjadi alternatif yang lebih menguntungkan bagi banyak orang.

Tantangan Membeli dan Menjual Rumah di Indonesia

Proses jual beli rumah tidaklah mudah bagi kebanyakan orang. Rumah sering kali merupakan investasi terbesar dalam hidup kita. Sebagian besar dari kita mengalokasikan sekitar sepertiga dari gaji untuk membayar cicilan rumah. Namun, rumah berbeda dengan investasi lainnya seperti reksadana, deposito, atau saham. Ketika kita ingin menjualnya, prosesnya tidak secepat itu. Mungkin kita butuh waktu 3 bulan, 1 tahun, atau bahkan lebih untuk menjual rumah kita.

Dua alasan utama membuat proses jual beli rumah menjadi rumit. Pertama, rumah bukanlah investasi yang likuid seperti investasi lainnya. Kedua, rumah harus dimiliki untuk jangka waktu yang panjang. Minimum 5 tahun adalah waktu yang baik untuk mempertimbangkan, tetapi sebaiknya minimal 10 tahun. Ini karena nilai properti tidak selalu naik dalam jangka pendek.

Membeli rumah dengan rencana pemakaian yang singkat bisa menjadi keputusan yang tidak bijaksana. Rumah seharusnya dipertimbangkan untuk digunakan dalam jangka waktu yang panjang, minimal 5 tahun, idealnya 10 tahun. Alasan utamanya adalah nilai properti biasanya tidak naik secara signifikan dalam 2 tahun. Selain itu, ketidakpastian kapan rumah akan laku membuat situasi semakin rumit.

Ada pilihan alternatif selain membeli rumah, terutama jika rencana pemakaian singkat atau tidak pasti. Misalnya, menyewa rumah atau apartemen bisa menjadi solusi yang lebih baik dalam situasi tertentu. Hal ini juga memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi, seperti perubahan pekerjaan atau kondisi keuangan.

Baca juga: Shin Tae-yong Tetap Setia Melatih Tim Nasional Indonesia Hingga 2027

Kapan waktu yang tepat untuk membeli properti? Jawabannya adalah ketika rencana hidup sudah lebih pasti dan kebutuhan properti sudah jelas untuk 5 tahun ke depan. Namun, ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, jika kita menyewa, kita tidak bisa merenovasi rumah sesuai keinginan kita. Kedua, properti memiliki siklus naik turunnya nilai. Ketiga, dalam jangka waktu yang panjang, kenaikan gaji tidak selalu mampu mengejar kenaikan harga properti.

Sejarah telah membuktikan bahwa dalam jangka waktu yang panjang, harga properti cenderung naik. Oleh karena itu, membeli properti untuk jangka panjang bisa menjadi strategi yang menguntungkan. Namun, kita harus fokus pada saat kebutuhan properti sudah jelas dan kemungkinan besar untuk melewati siklus naiknya harga properti. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.

2 thoughts on “Harga Properti Menggila: Pilih Sewa atau Beli?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4232508926941629218

Latest News

12848135643216883582
5003596313931723273