Anomali.id – Baru-baru ini, sepatu Bata, merek yang sudah lama menghiasi pasar sepatu di Indonesia, mengumumkan kabar sedih. Pada Jumat, 3 Mei 2024, perusahaan induknya, PT Sepatu Bata, memutuskan untuk menutup pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat. Tapi, apa sebenarnya kisah di balik merek sepatu yang begitu dikenal ini?
Asal Usul Sejarah Sepatu Bata
Meskipun banyak yang mengira bahwa sepatu Bata adalah produk asli Indonesia, kenyataannya tidak demikian. Sepatu Bata berasal dari Republik Ceko. Perusahaan ini didirikan oleh Thomas, Anna, dan Antonin Bata pada 21 September 1894 di Zlin, Republik Ceko. Mereka adalah generasi kedelapan dari keluarga Bata yang memiliki bisnis sepatu turun temurun.
Pada tahun 1897, perusahaan ini mulai menggunakan mesin modern yang dijalankan oleh uap, dan dengan cepat menjadi perusahaan sepatu massal pertama di Eropa. Ekspansi mereka tidak berhenti di Eropa saja, tetapi juga merambah ke Asia, termasuk Indonesia.
Pada tahun 1920-an, Bata memasuki Indonesia yang saat itu masih dijajah oleh Belanda. Mereka bermitra dengan perusahaan importir sepatu di Tanjung Priok, Jakarta, yang bernama Netherlands Indisch Bedrijf. Pada tahun 1927, Thomas Bata mendirikan pabrik sepatu Bata pertama di Indonesia di Jalan Kali Bata Raya, Jakarta Selatan. Kemudian, pada tahun 1994, pabrik tersebut pindah ke Purwakarta, Jawa Barat, tempat kisah sepatu Bata di Indonesia berakhir.
Penutupan Pabrik: Mengapa Bata Sampai Menutup?
Penutupan pabrik Bata di Purwakarta mengundang banyak tanya. Bagaimana bisa bisnis yang sudah begitu lama berjalan di Indonesia harus menutup pabriknya? Menurut keterangan tertulis dari sekretaris perusahaan PT Sepatu Bata, Hatta Tutuko, perusahaan tidak bisa melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di sana terus menurun. Kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pasar dalam negeri.
Selain itu, pandemi COVID-19 juga turut memengaruhi bisnis mereka, memaksa mereka untuk melakukan sejumlah penyesuaian. Penurunan bisnis ini terlihat dari laporan keuangan tahun 2023, di mana Bata mengalami penurunan nilai penjualan sebesar 5% menjadi Rp9,6 miliar. Jumlah produksi juga mengalami penurunan drastis, dari 1,80 juta pasang sepatu dan sandal pada tahun sebelumnya menjadi hanya 1,15 juta pasang pada tahun 2023. Hal ini juga tercermin dari harga saham Bata yang terus mengalami penurunan, dengan sahamnya unjuk di bawah Rp100 per lembar.
Apa Masa Depan Sepatu Bata?
Meskipun menutup pabrik di Purwakarta dan mengalami penurunan kinerja bisnis, Bata tidak akan tutup permanen. Mereka memastikan akan terus beroperasi, terutama melalui 458 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Ini menunjukkan bahwa meskipun menghadapi tantangan, Bata masih berkomitmen untuk tetap hadir dan melayani masyarakat Indonesia.
Baca juga: Ketika Cinta Segitiga Berujung Tragis
Kisah Sepatu Bata adalah cerminan dari dinamika dunia bisnis yang terus berubah. Meskipun mengalami pasang surut, semangat untuk bertahan dan terus berinovasi tetap menjadi kunci untuk tetap relevan di pasar yang kompetitif. Dengan harapan, langkah-langkah yang diambil oleh Bata dapat membawa mereka melalui masa sulit ini dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dalam industri sepatu di Indonesia. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.
One thought on “Menguak Transformasi Sepatu Bata dari Sejarah Gemilang hingga Penutupan Pabrik”