Anomali.id – Program naturalisasi PSSI yang mengumpulkan pesepak bola diaspora terbaik untuk memperkuat Timnas Indonesia masih memicu pro dan kontra di publik. Padahal, pemanggilan pemain diaspora sudah lumrah terjadi di seluruh dunia, termasuk di Benua Eropa. Negara-negara Eropa dengan kualitas sepak bola lebih maju dari Indonesia, melakukan hal serupa.
Dari 24 peserta Euro 2024 di Jerman, 20 tim menyertakan pemain diaspora yang lahir di luar negara mereka. Hanya Denmark, Austria, Ceko, dan Belanda yang diperkuat pemain lahir di wilayah mereka. Tim yang paling banyak menyertakan pemain diaspora adalah Albania, dengan 18 dari 26 pemainnya lahir di luar negeri. Swiss menyumbang lima pemain untuk Albania, seperti kapten Berat Djimsiti yang pernah membela tim junior Swiss.
Albania getol melakukan naturalisasi untuk meningkatkan kekuatan tim. Selain itu, kedekatan historis antara Albania dan Swiss juga berpengaruh. Pemerintah Albania memberikan kemudahan bagi pesepak bola diaspora untuk mendapatkan kewarganegaraan tanpa harus melalui tes bahasa.
Negara seperti Turki dan Kroasia juga banyak memanggil pemain diaspora. Turki memiliki lima pemain kelahiran Jerman seperti Hakan Çalhanoğlu. Kroasia memiliki empat pemain kelahiran Jerman termasuk Mario Pašalić.
Tim tuan rumah Jerman juga memanggil Waldemar Anton, pemain kelahiran Uzbekistan. Meski lahir di luar, banyak pemain keturunan Jerman seperti İlkay Gündoğan (Turki), Jamal Musiala (Inggris), dan Jonathan Tah (Pantai Gading) berkarir di Jerman.
Paham nasionalisme semakin meluas, sehingga pemain keturunan juga memiliki hak untuk membela negara leluhurnya. Namun, kesuksesan jangka panjang sepak bola tetap bergantung pada pembinaan usia dini, infrastruktur, dan iklim bisnis olahraga yang maju. Naturalisasi saja tidak cukup tanpa strategi pembinaan yang baik. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.