Pelemahan Rupiah : Apakah Kembali ke Krisis 1998?

24 April 2024 07:27 WIB
Airlangga Hartarto

Anomali.id – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami pelemahan pada bulan April 2024, menciptakan kekhawatiran di tengah masyarakat. Meskipun mencapai angka Rp. 16.000 per Dolar AS, ini belum seburuk krisis moneter pada tahun 1998. Meski demikian, pelemahan sekitar 2% dalam empat tahun terakhir menjadi perhatian serius.

Pada Senin, 22 April 2024, Rupiah dibuka di angka Rp. 16.215 per Dolar AS. Bahkan, dalam intraday, mencatatkan pelebahan hingga mencapai Rp. 16.265 per Dolar AS pada tanggal 17 April 2024. Depresi ini terus berlanjut dari pelemahan pada tanggal 16 April yang turun ke angka Rp. 16.170 per Dolar AS.

Baca juga: Bahaya Tersembunyi Asbes bagi Kesehatan Indonesia

Namun, pemerintah bersama para ekonom meyakinkan bahwa tidak akan terjadi krisis serupa tahun 1998. Mereka menunjukkan bahwa selain nilai tukar mata uang, ada indikator lain yang menentukan stabilitas ekonomi, seperti cadangan devisa yang besar, inflasi terjaga, dan rasio utang yang stabil. Penurunan Rupiah pada 1998 lebih disebabkan oleh faktor domestik yang rapuh, berbeda dengan tahun 2024 yang dipicu oleh faktor eksternal.

Menyikapi hal ini, Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menegaskan bahwa pemerintah akan terus memantau situasi tersebut. “Kurs ini kan bukan sesuatu yang kita respon berdasarkan daily basis tapi kalau kita lihat cadangan devisa pemerintah yang ada di BI masih besar, masih 136 milliar dollar,” ujarnya. “Jadi tidak ada yang perlu kita khawatirkan.” Hartarto juga menekankan bahwa fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan kuat, dan pemerintah siap dengan langkah-langkah dalam APBN sebagai bantalan.

Sementara itu, Bank Sentral AS yang bimbang terhadap suku bunga dan ketegangan di Timur Tengah juga memicu kekhawatiran pasar. Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk, mengingatkan bahwa pelemahan Rupiah tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal seperti situasi di Timur Tengah. Kebutuhan valas untuk pembelian bahan baku dan repatriasi dividen juga memengaruhi nilai tukar Rupiah.

Baca juga : Tabrakan Helikopter di Malaysia 10 Awak Tewas

Dalam pandangan Jahja, pelemahan Rupiah dapat mencapai Rp. 16.200 – Rp. 16.300 karena beberapa faktor seperti peningkatan impor bahan baku menjelang Idul Fitri dan repatriasi dividen oleh perusahaan asing. Meskipun Bank Indonesia tidak melakukan intervensi, diharapkan bahwa pasokan dan permintaan valas akan seimbang untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

Meskipun terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, pemerintah dan pelaku ekonomi optimis bahwa Indonesia dapat menghadapinya dengan stabil dan tidak akan kembali ke kondisi krisis seperti tahun 1998. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.

2 thoughts on “Pelemahan Rupiah : Apakah Kembali ke Krisis 1998?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4232508926941629218

Latest News

12848135643216883582
5003596313931723273