Anomali.id – Tiongkok telah memimpin dalam upaya energi terbarukan dengan pembangunan taman pembangkit listrik tenaga surya terbesar di dunia. Dalam upaya mengatasi masalah energi dan lingkungan, negara ini telah membuat terobosan luar biasa di tengah gurun pasir barat laut, sebuah tempat yang sebelumnya tidak mungkin untuk dihuni.
Taman pembangkit listrik tenaga surya ini, dengan luas mencapai 540 km², bukan hanya sekedar lahan tandus lagi. Lebih dari 8000 pekerja Tiongkok telah melakukan misi menantang untuk mengubahnya menjadi sumber energi bersih yang besar. Dengan jutaan panel surya yang tertata rapi, taman ini menyerupai lautan biru yang memukau dari udara.
Baca juga: Mengungkap Kasus Korupsi Pengelolaan Timah
Namun, perjalanan menuju energi terbarukan tidaklah mudah. Teknologi fotovoltaik di alam gurun menghadapi tantangan ketika debu menumpuk atau vegetasi tumbuh. Untuk menjaga efisiensi produksi energi, negara-negara telah mengalokasikan anggaran besar untuk pemeliharaan fasilitas ini, termasuk Tiongkok.
Di provinsi Qinghai, salah satu fasilitas tenaga surya terbesar di dunia, Tiongkok telah menerapkan pendekatan unik dengan memelihara hampir 300.000 domba di fasilitas fotovoltaik. Domba-domba ini memainkan peran penting dalam menjaga tanah dari gulma dan memastikan efisiensi sistem tetap terjaga.
Dari kejauhan, pemandangan taman pembangkit listrik tenaga surya di tengah gurun Tiongkok tampak seperti lukisan alam yang belum tersentuh oleh kehadiran manusia. Namun, di balik keindahan tersebut, tersimpan kisah luar biasa tentang bagaimana Tiongkok berhasil menciptakan sebuah mahakarya energi terbarukan yang terkenal di seluruh dunia.
Pada tahun 2012, pemerintah Tiongkok mengumumkan rencana ambisius untuk membangun fasilitas fotovoltaik skala besar di wilayah gurun yang mencakup lebih dari 600 km². Proyek ini dimulai dengan pendekatan bertahap, dengan tahap awal menelan biaya sekitar Rp4,9 triliun, fokus pada pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di area seluas 78 km². Fasilitas ini mampu memasok sumber energi yang dapat diandalkan untuk minimal 3 juta rumah tangga setiap tahunnya.
Lokasi dipilih dengan bijak karena minim gangguan aktivitas manusia dan ketinggian yang cocok untuk pembangkit listrik alami. Namun, tantangan besar muncul dari badai pasir dan debu yang sering terjadi di daerah tersebut. Para pekerja terus-menerus ditugaskan untuk membersihkan debu yang menutupi panel surya agar pembangkit listrik tetap beroperasi secara efektif.
Selama proses pembersihan, para pekerja menemukan bahwa air yang digunakan untuk mencuci panel surya justru membuat tanah tandus menjadi subur, menyebabkan tumbuhnya gulma seiring waktu. Untuk mengatasi hal ini, staf membuat keputusan yang cerdas dengan mengoptimalkan pendekatan mereka. Mereka membina hubungan simbiosis antara panel surya dan rumput, di mana panel surya memberikan keteduhan pada rumput, melindunginya dari sinar matahari langsung, dan mengurangi penguapan air tanah.
Namun, dengan pertumbuhan subur rumput, muncul tantangan baru. Ketinggian rumput yang melebihi panel surya menghalangi sinar matahari dan menghambat penyerapan energi. Selain itu, gulma kering juga meningkatkan risiko kebakaran pada musim kemarau, yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada panel surya.
Tiongkok menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan fasilitas pembangkit listrik tenaga surya mereka karena pertumbuhan gulma yang cepat. Pemotongan rumput secara manual terbukti tidak efisien dan dapat meningkatkan risiko terjadinya badai pasir. Namun, dengan mengabaikannya juga bukanlah pilihan yang bijaksana.
Dalam situasi ini, seorang insinyur menemukan solusi yang unik: menggunakan kawanan domba untuk mengonsumsi rumput berlebih. Awalnya, hanya 80 ekor domba yang diuji untuk mengetahui efektivitasnya. Panel surya disesuaikan ketinggiannya agar domba dapat bergerak bebas di bawahnya tanpa merusak sistem fotovoltaik.
Uji coba tersebut berlangsung selama lebih dari 2 bulan, dan hasilnya mengejutkan. Domba menunjukkan antusiasme besar dalam memakan rumput liar tanpa mengganggu fasilitas dan peralatan. Selain membersihkan gulma, domba juga membantu menjaga kebersihan panel surya, meningkatkan efisiensi penggunaan energi.
Tidak hanya itu, domba yang merumput di bawah pembangkit listrik juga memberikan pupuk alami bagi daerah sekitarnya, mendorong keseimbangan ekologi yang lebih baik. Keberhasilan uji coba ini mendorong tim proyek untuk memperluas kawanan domba mereka.
Saat ini, taman pembangkit listrik tenaga surya tersebut telah memiliki 270 kandang domba yang menampung lebih dari 300.000 ekor domba. Mereka tidak hanya memberikan manfaat bagi pengelolaan fasilitas, tetapi juga menjadi bagian dari produksi energi yang efisien dan berkontribusi pada pembangkitan energi lokal.
Inovasi ini telah membawa konsep baru dalam industri energi terbarukan, di mana domba berperan sebagai “penggembala fotovoltaik”. Dengan partisipasi para penggembala lokal, taman pembangkit listrik tenaga surya telah berhasil bertransformasi menjadi area penggembalaan yang efisien, menciptakan lingkungan yang seimbang antara teknologi dan alam.
Setiap domba dewasa mampu mengonsumsi sekitar 5 pon gulma setiap hari, yang membuat mereka menjadi pasukan hebat dalam membersihkan lahan-lahan pembangkit listrik tenaga surya. Dengan menghabiskan sebagian besar waktu luang mereka untuk mencari makan secara alami, domba-domba ini telah membantu mengurangi kebutuhan akan pembersihan manual secara signifikan.
Kenyataannya menunjukkan bahwa 1000 domba dapat membersihkan lebih dari 1000 hektar lahan energi surya dalam waktu setengah bulan saja. Hal ini efektif memecahkan masalah kebersihan di pembangkit listrik, sambil membangun pendekatan pertanian yang berkelanjutan untuk wilayah setempat.
Domba-domba ini terkenal karena sikapnya yang lembut, sehingga mereka tidak merusak kabel atau peralatan lainnya. Mereka hanya berkonsentrasi pada merumput untuk makanan pilihan mereka, yaitu rumput. Teknik inventif ini tidak hanya menggabungkan teknologi modern dan praktik tradisional, tetapi juga menjadi bukti keberhasilannya.
Baca juga : CherryTigo5X: Pengalaman Berkendara Mobil Terjangkau di Bawah Rp300 Juta
Proyek domba tenaga surya tidak hanya membantu mengendalikan gulma dan meminimalkan penggurunan di dalam pembangkit listrik, tetapi juga mendukung konsep pertanian ekologis yang didukung oleh masyarakat. Inisiatif ini juga mendorong kebangkitan satwa liar, mengubah pembangkit listrik menjadi habitat yang berkembang bagi beragam hewan dan tumbuhan liar. Jangan ketinggalan anomali terbaru! Ikuti update berita terkini di anomali.id ! Dapatkan informasi terpercaya dan terbaru setiap hari.
2 thoughts on “Domba Energi Surya ala Tiongkok”